Social Icons

Pages

Sabtu, 13 Juli 2024

Motor Relearning Program (MRP) Fisioterapi Stroke. (Part II)


Latihan aktif dalam Motor Relearning Program (MRP) adalah pendekatan di mana pasien secara sadar dan sengaja melakukan gerakan-gerakan tanpa bantuan eksternal. Tujuannya adalah meningkatkan kekuatan otot, koordinasi, dan kontrol motorik melalui partisipasi aktif pasien. Berikut penjelasan dan contoh-contohnya:

Penjelasan latihan aktif:
1. Melibatkan usaha sadar pasien
2. Tidak menggunakan bantuan eksternal atau pasif
3. Merangsang neuroplastisitas otak
4. Meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan
5. Memperbaiki koordinasi dan kontrol gerakan
6. Mendorong kemandirian pasien

Contoh latihan aktif:

1. Latihan Range of Motion (ROM) aktif:
   - Menggerakkan sendi secara penuh tanpa bantuan
   - Misalnya: fleksi dan ekstensi siku, rotasi bahu

2. Latihan penguatan:
   - Mengangkat anggota tubuh melawan gravitasi
   - Contoh: mengangkat lengan atau kaki dalam posisi berbaring

3. Latihan keseimbangan:
   - Berdiri dengan satu kaki
   - Berjalan pada garis lurus

4. Latihan koordinasi:
   - Menyentuh hidung dengan jari telunjuk
   - Mengambil dan memindahkan objek kecil

5. Latihan fungsional:
   - Berdiri dari posisi duduk tanpa bantuan
   - Memakai baju sendiri

6. Latihan mobilitas:
   - Berjalan tanpa alat bantu
   - Naik-turun tangga

7. Latihan ketangkasan tangan:
   - Memasukkan koin ke dalam celah
   - Mengikat tali sepatu

Setiap latihan ini dapat disesuaikan tingkat kesulitannya sesuai kemampuan pasien dan dapat diprogresi seiring waktu. Terapis akan memandu dan mengawasi, tetapi tidak memberikan bantuan fisik langsung kecuali jika diperlukan untuk keamanan.

Pengulangan gerakan untuk memperkuat jalur saraf adalah konsep kunci dalam Motor Relearning Program dan didasarkan pada prinsip neuroplastisitas. Berikut penjelasan tentang bagaimana melakukannya:

Latihan aktif dalam Motor Relearning Program (MRP) adalah pendekatan di mana pasien secara sadar dan sengaja melakukan gerakan-gerakan tanpa bantuan eksternal. Tujuannya adalah meningkatkan kekuatan otot, koordinasi, dan kontrol motorik melalui partisipasi aktif pasien. Berikut penjelasan dan contoh-contohnya:

Penjelasan latihan aktif:
1. Melibatkan usaha sadar pasien
2. Tidak menggunakan bantuan eksternal atau pasif
3. Merangsang neuroplastisitas otak
4. Meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan
5. Memperbaiki koordinasi dan kontrol gerakan
6. Mendorong kemandirian pasien

Contoh latihan aktif:

1. Latihan Range of Motion (ROM) aktif:
   - Menggerakkan sendi secara penuh tanpa bantuan
   - Misalnya: fleksi dan ekstensi siku, rotasi bahu

2. Latihan penguatan:
   - Mengangkat anggota tubuh melawan gravitasi
   - Contoh: mengangkat lengan atau kaki dalam posisi berbaring

3. Latihan keseimbangan:
   - Berdiri dengan satu kaki
   - Berjalan pada garis lurus

4. Latihan koordinasi:
   - Menyentuh hidung dengan jari telunjuk
   - Mengambil dan memindahkan objek kecil

5. Latihan fungsional:
   - Berdiri dari posisi duduk tanpa bantuan
   - Memakai baju sendiri

6. Latihan mobilitas:
   - Berjalan tanpa alat bantu
   - Naik-turun tangga

7. Latihan ketangkasan tangan:
   - Memasukkan koin ke dalam celah
   - Mengikat tali sepatu

Setiap latihan ini dapat disesuaikan tingkat kesulitannya sesuai kemampuan pasien dan dapat diprogresi seiring waktu. Terapis akan memandu dan mengawasi, tetapi tidak memberikan bantuan fisik langsung kecuali jik
1. Frekuensi:
   - Lakukan gerakan berulang kali dalam satu sesi latihan.
   - Jumlah pengulangan bisa bervariasi, misalnya 10-15 kali per set, dengan beberapa set per sesi.

2. Konsistensi:
   - Latihan dilakukan secara teratur, idealnya setiap hari.
   - Konsistensi membantu memperkuat koneksi saraf baru.

3. Fokus:
   - Pasien harus berkonsentrasi pada gerakan yang dilakukan.
   - Perhatian penuh membantu meningkatkan efektivitas latihan.

4. Variasi:
   - Variasikan gerakan sedikit untuk merangsang adaptasi saraf.
   - Misalnya, ubah kecepatan atau arah gerakan.

5. Progresi:
   - Tingkatkan kesulitan secara bertahap seiring kemajuan pasien.
   - Bisa dengan menambah beban atau kompleksitas gerakan.

6. Umpan balik:
   - Berikan umpan balik tentang kualitas gerakan.
   - Gunakan cermin atau video untuk membantu pasien melihat gerakannya.

7. Konteks fungsional:
   - Lakukan pengulangan dalam konteks tugas yang bermakna.
   - Misalnya, mengulang gerakan mengambil gelas dalam konteks minum.

8. Istirahat:
   - Berikan jeda antara set atau sesi untuk mencegah kelelahan.
   - Istirahat juga penting untuk konsolidasi memori motorik.

9. Visualisasi:
   - Dorong pasien untuk membayangkan gerakan sebelum melakukannya.
   - Visualisasi dapat membantu memperkuat jalur saraf.

10. Motivasi:
    - Jelaskan tujuan pengulangan kepada pasien.
    - Dorong semangat dan berikan apresiasi meskipun kemajuannya kecil.

Penting untuk diingat bahwa jumlah pengulangan yang tepat dapat bervariasi tergantung pada kondisi pasien dan jenis gerakan. Selalu konsultasikan dengan fisioterapis untuk program yang paling sesuai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar