Social Icons

Pages

Senin, 19 Oktober 2009

Pemeriksaan sensorik

PEMERIKSAAN SENSORIK DAN INTENSITAS NYERI
Lokalisasi lesi dalam sistem saraf : 
1. Lesi kortikal / Lobus parietal:
  • - Streognosis,
  • - Grafestesia,
  • - Sensasi posisi,
  • - Lokalisasi titik / inattention.
2. Lesi Sub kortikal (Kapsula Interna, GangliaBasalis, thalamus)
  • - Gangguan tusuk jarum,
  • - Gangguan Raba.
3.Lesi pada batang otak :
  • - Penurunan sensasi nyeri
  • - Penurunan sensasi suhu,
  • - Refleks kornea.
4.Lesi pada Medulla Spinalis :
  • -Gangguan sensasi nyeri tusuk jarum,
  • -Gangguan Rasa getar.
a. Lesi Transversal total.
Hyperestesi pada bagian atas dan hilang pada bagian bawah.
b. Separuh dari medulla spinalis,
Hilangnya posisi sendi dan getaran pada sisi yang sama dengan lesi dan hilangnya rasa nyeri dan suhu pada sisi yang berlawanan .
c. Medulla spinalis sentral.
Hilangnya sensasi rasa sakit dan suhu pada tingkat lesi.
d. Columna posterior
Hilangnya posisi sendi dan getaran dengan modalitas nyeri dan suhu yang masih utuh,
e. Sindrom spinalis anterior,
Hilangnya rasa nyeri dan suhu dibawah tingkat lesi, dengan posisi sendi dan getaran yg masih normal.
  • Penyebab umum dari adanya Lesi :
    • Lesi Saraf tunggal : (N. Medianus, N. Ulnaris, N. Radialis).
Neuropati akibat saraf terjepit.
    • Lesi Multipel Saraf Tunggal :
Vaskulitis , Neuropati yg lebih difus.
    • Lesi Saraf perifer : DM, Defisiensi Vit. B1, GBS.
    • Lesi pada Med. Spinalis :
Trauma, Kompresi medulla spinalis oleh tumor.
    • Lesi pada batang otak :
    • Stroke pada batang otak.
    • Gangguan thalamus dan kortikal:
    • Stroke, trauma, tumor otak.
PEMERIKSAAN SENSORIK :
  • Diseluruh bagian tes sensorik, pasien perlu kita ajari terlebih dahulu mengenai tes yg akan dilakukan. Kemudian lakukan tes tersebut. Akhirnya cek apakah pasien telah mengerti dan melakukan tes tersebut dengan semestinya. Untuk semua tes, mulailah dari daerah yang mengalami gangguan sensorik ke daerah yang normal.
  • LENGAN :
Terdapat 4 nervus yang sering terganggu di lengan, yaitu : N. Medianus, N. Ulnaris, N. Radialis, N. Aksilaris.
§ TUNGKAI :
Defisit sensorik pada seseorang lebih sering terlihat pada nervus-nervus berikut :
§ nervus kutaneus lateralis, (paha bag. Dpn dan samping).
§ nervus peroneus communis (betis depan, samping, dan sebagian belakang)
  • Nervus femoralis (paha depan bagian medial sampai ke tungkai bawah.
  • Nervus ischiadicus (paha belakang bag. Tengah sampai ke tungkai bawah).
  • TES SENSORIK PRIMER :
  • RABA HALUS:
Gunakan sepotong kapas, beberapa orang lebih menyukai menggunakan ujung jari. Sentuhkan kapas tersebut diatas kulit.
Cobalah untuk mengulangi rangsangannya.
Peragakan – dengan kedua mata pasien terbuka, tunjukkan padanya bahwa anda akan meraba kulitnya. Mintalah pasien mangatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan.
TES – perintahkan pasien untuk menutup matanya, lakukan tes pada daerah kulit yang bermasalah.
TES NYERI:
Roda bergerigi atau rader sering digunakan Dr. Wartenberg, bisa juga dengan menggunakan peniti atau jarum tajam dan tumpul.
Peragakan – Tunjukkan kepada pasien apa yg anda kerjakan, Jelaskan bahwa anda ingin agar pasien memberitahukan apakah jarum yang dirasakan tajam atau tumpul. Sentuh area yang terganggu dengan jarum dan kemudian sentuh dengan jarum tumpul pada area yg sehat.
TES – mintalah pasien menutup kedua matanya kemudian beri rangsangan tajam dan tumpul secara acak, dan perhatikan respon pasien.
Dermatom – Pada lesi radiks saraf, timbul area penurunan sensasi yang terbatas pada distribusi segmental. Area kulit yang dipersarafi oleh radiks spesifik dinamai dermatom.
Baal - Sering pasien mengeluh area baal. Pasien harus diinstruksikan untuk melukiskan area ini dengan satu jari tangan. Kemudian pemeriksa harus menempatkan peniti di pusat area baal merangsang ke arah luar sampai pasien memperhatikan rasa nyeri, dengan cara ini batas kehilangan sensorik dapat ditentukan.
TES SENSASI SUHU:
Isi tabung dengan air hangat dan dingin.
Peragakan – “ saya mau anda mengatakan sesuatu jika saya sentuh anda dengan tabung yang panas atau dingin. Sentuhkan secara acak tabung air panas dan dingin pada tangan, kaki atau daerah kulit yang terganggu.
TES PROPRIOSEPSI (Indera posisi)
Propriosepsi harus dites pada jari tangan dan kaki bilateral dengan memegang sisi lateral phalanx distal, sementara bagian proksimal phalanx dipertahankan tetap. Mula-mula tes ini dijelaskan kepada pasien dengan matanya terbuka pemeriksa memperlihtakan apa artinya “keatas” dan “kebawah”. Kemudian pasien menutup mata & pemeriksa menggerakkan phalanxnya keatas dan kebawah. Pasien hrs menjawab apakah sendinya ke atas atau ke bawah.
SENSASI RASA GETAR :
Gunakan garpu tala 128 Hz. Garpu tala dengan frequensi yg lebih tinggi (256 atau 512 Hz) tidak adekuat.
Peragakan – Pastikan pasien mengerti bahwa dia akan merasakan getaran, dengan memukulkan garpu tala dan meletakkannya diatas sternum atau dagu.
TES –mintalah pasien menutup matanya, tempatkan garpu tala pada tonjolan tulang, tanyakan pasien dapat merasakan getaran tersebut.
Letakkan pada sendi metatarsal falangeal, malleolus medialis, tuberositas tibialis, spina iliaka anterior superior, di lengan dan pada ujung jari, masing-masing sendi interfalangeal, pergelangan tangan, siku dan bahu. Bila sensasi bagian distal normal, tes tidak perlu dilakukan pada bagian proksimal
PEMERIKSAAN SENSORIK SEKUNDER :
Streognosis :
Identifikasi taktil obyek dinamai sebagai streognosis. Banyak jenis obyek yang lazim dapat digunakan seperti uang logam, penjepit kertas, kunci atau kancing baju. Obyek yg tidak diakrabi harus dihindari. Ketidak mampuan mengenal suatu obyek dinamai astereognois atau agnosia taktil.
Grafestesia :
Ketidakmampuan mengenal angka atau huruf yang dituliskan pada kulit dinamai grafestesia. Angka sekitar 1 cm tingginya digambarkan pada bantalan jari tangan dengan menggunakan pensil.
Kehilangan kemampuan membedakan angka atau huruf dikenal sebagai grafenestesia.
Diskriminasi dua titik :
Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujungdisebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan ber-variasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum pedis. Tes dpt menggunakan kompas, jepitan rambut.
Sensory inattention.
Mintalah pasien untuk mengatakan kepada anda bagian mana yang anda sentuh (baik dengan kapas ataupun dengan jarum). Sentuhlah pada bagian kanan dan kemudian pada bagian kirinya. Jika pasien dpt membedakan masing-masing secara terpisah, kemudian sentuhkan kedua bagian pada saat yg sama.
Pengertian Nyeri :
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Fisiologi Nyeri :
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
INTENSITAS NYERI :
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Pengukuran intensitas nyeri :
1. Skala Intensitas nyeri Deskriptif :





2. Skala Intensitas Nyeri Numerik:








3.

Skala nyeri Analog visual :









4.
Pengukuran Nyeri Wong Baker :








5. Verbal Descriptive Scale ( VDS)
Pengukuran derajat nyeri dengan tujuh skala, yaitu nilai :
1 = Tidak nyeri
2 = Nyeri sangat ringan
3 = Nyeri ringan
4 = Nyeri tidak begitu berat
5 = Nyeri cukup berat
6 = Nyeri berat
7 = Nyeri hampir tak tertahankan
Skala Lima Tingkat
merupakan parameter pengukuran derajat nyeri dengan memakai 5 skala, yaitu derajat :
0 = Tidak nyeri, tidak ada rasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas
1 = Minimal, istirahat tidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama, berat dan pada penekanan kuat terasa sakit
2 = Ringan, rasa sakit terus menerus atau kadang-kadang timbul, tetapi masih dapat diabaikan /tidak menganggu. LGS normal, pada peneka nan kuat terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit.
3 = Sedang, keluhan seperti pada derajat 2, ditambah keluhan tersebut menganggu aktivi tas dn LGS terganggu.
4 = Berat, nyeri menyulitkan lansia hampir tak tertahankan dan gerakan fleksi/ekstensi hampir tidak ada/tidak mampu.
Daftar Pustaka :
1. Fuller Geraint. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008
2. Weiner L. Howard et al. Buku Saku Neurologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2001.
3.Scherokman et.al. Tes-Tes Diagnostik dalam Neurologi.Penerbit Hipokrates Cet. IV 1996.
4. Suharto, RPT,M.Kes. Instrumen Pengukuran Fisioterapi. Poltekkes Makassar. 2005.
5. Tamsuri Anas, Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
6. Gaus Syafruddin, Manajemen Nyeri,Bag. Anestesiologi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri. FK UNHAS. 2008
7. Irfan, Pengukuran Nyeri. www.daenkpedro.blogspot.com. 2008
8. www.qittun.blogspot.com. Konsep Nyeri.2008

1 komentar: