Social Icons

Pages

Sabtu, 12 Juli 2025

SINTA (SCIENCE AND TECHNOLOGY INDEX)

Sinta (Science and Technology Index) adalah sistem informasi yang dikembangkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Indonesia untuk mengukur, memonitor, dan mengevaluasi kinerja peneliti, institusi, dan publikasi ilmiah di Indonesia. Platform ini diluncurkan untuk meningkatkan transparansi dalam penilaian kinerja akademik serta mendorong peningkatan kualitas penelitian di Indonesia.


Penjelasan Sinta

Sinta adalah platform digital yang mencatat publikasi akademik, sitasi, H-indeks, dan berbagai metrik lain yang relevan untuk mengukur dampak penelitian. Sistem ini terintegrasi dengan beberapa basis data ilmiah terkemuka, seperti Google Scholar, Scopus dan Web of Science, yang memungkinkan peneliti untuk memonitor kinerja akademik mereka di satu tempat.

Tujuan Utama Sinta
1. Evaluasi Kinerja Akademik
Sinta digunakan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan untuk menilai produktivitas ilmiah dan dampak penelitian yang dihasilkan oleh dosen, peneliti, dan universitas.

2. Meningkatkan Kualitas Riset: Dengan memberikan penilaian berdasarkan indikator yang jelas, Sinta mendorong peneliti dan institusi untuk meningkatkan kualitas publikasi dan kontribusi ilmiah mereka.

3. Pengakuan Internasional
Sinta membantu peneliti Indonesia mendapatkan pengakuan di kancah internasional dengan menghubungkan data mereka ke platform internasional seperti Scopus dan Web of Science.

Fitur-Fitur Sinta

1. Pengukuran Kinerja Individu dan Institusi
   Sinta memungkinkan peneliti dan institusi untuk memantau kinerja mereka berdasarkan beberapa indikator utama, termasuk:
   - Publikasi Ilmiah: Jumlah karya yang telah dipublikasikan di jurnal nasional dan internasional yang terakreditasi.
   - Sitasi
Jumlah sitasi yang diterima oleh publikasi peneliti. Semakin sering karya tersebut dikutip oleh peneliti lain, semakin tinggi nilainya.
   - H-indeks dan G-indeks
Indikator ini mengukur produktivitas dan dampak dari karya ilmiah yang dihasilkan oleh peneliti.
   - Kolaborasi Riset: 
Melacak tingkat kolaborasi penelitian baik di dalam negeri maupun secara global.

2. Integrasi dengan Database Eksternal
   Sinta terhubung dengan database besar seperti:
   - Scopus: Salah satu basis data ilmiah terbesar di dunia yang mencakup jurnal internasional terkemuka.
   - Google Scholar: Indeks literatur ilmiah yang mencakup berbagai format publikasi (artikel, buku, tesis).
   - Web of Science: Platform yang menyediakan informasi terkait jurnal dan sitasi di seluruh dunia.
   
   Dengan integrasi ini, peneliti Indonesia dapat melacak kinerja mereka di tingkat internasional.

3. Pengukuran dan Penilaian Institusi  
   Selain penilaian individu, Sinta juga memberikan peringkat kepada universitas dan lembaga riset berdasarkan kinerja publikasi dan penelitian mereka. Institusi dapat membandingkan diri dengan universitas lain dan melihat area yang memerlukan peningkatan.

4. Fitur Dashboard dan Pelaporan
   Peneliti, dosen, atau institusi dapat mengakses dashboard interaktif yang memudahkan pemantauan kinerja secara real-time. Fitur ini menyediakan laporan rinci tentang jumlah publikasi, sitasi, indeks H, dan indeks G yang dapat digunakan untuk evaluasi dan peningkatan strategi penelitian.

5. Penilaian dan Penghargaan
   Sinta digunakan sebagai salah satu alat penilaian untuk berbagai penghargaan dan insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada peneliti dan institusi. Peneliti dengan kinerja yang tinggi mungkin layak mendapatkan hibah penelitian, kenaikan jabatan akademik, atau penghargaan lainnya.

Kegunaan Sinta

1. Bagi Peneliti
   - Menyediakan data terkini tentang kinerja publikasi mereka dan memungkinkan mereka memantau perkembangan sitasi dan dampak penelitian.
   - Meningkatkan visibilitas karya mereka di komunitas ilmiah nasional dan internasional.
   - Membantu dalam pengajuan kenaikan pangkat dan jabatan akademik.

2. Bagi Universitas dan Lembaga Penelitian
   - Memantau kinerja akademik dosen dan peneliti untuk evaluasi dan pengembangan kualitas riset.
   - Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam produktivitas penelitian untuk perencanaan strategis.
   - Berpartisipasi dalam kompetisi global dan memperkuat reputasi universitas di tingkat internasional.

3. Bagi Pemerintah
   - Menggunakan Sinta untuk memantau dan mengevaluasi kinerja riset nasional, yang berperan penting dalam pembuatan kebijakan.
   - Mendukung pemberian insentif dan penghargaan kepada peneliti, dosen, atau institusi yang berkinerja tinggi.

4. Bagi Industri
   - Sinta bisa digunakan oleh industri untuk menemukan peneliti atau universitas dengan keahlian tertentu yang relevan dengan proyek industri.
   - Industri dapat bermitra dengan peneliti berdasarkan kualitas dan dampak penelitian yang dihasilkan.

Kategori Peringkat Jurnal di Sinta

Sinta juga memeringkat jurnal yang terdaftar dalam platform ini dengan skala S1 hingga S6, di mana:

- S1 dan S2: Merupakan jurnal yang sudah terakreditasi secara nasional dan internasional, dengan kualitas sangat tinggi.
- S3 dan S4: Jurnal nasional terakreditasi, namun belum memiliki standar internasional.
- S5 dan S6 Jurnal nasional yang baru berkembang dan belum terakreditasi.

Kesimpulan
Sinta adalah alat yang esensial untuk mengukur, memantau, dan meningkatkan kinerja penelitian di Indonesia. Dengan fitur-fitur seperti integrasi ke basis data internasional, pemantauan kinerja peneliti, dan peringkat institusi, Sinta membantu meningkatkan kualitas penelitian di Indonesia dan mendorong peneliti untuk berkompetisi di kancah global.

Tendinitis Rotator Cuff Akut


KONDISI BAHU DAN LENGAN ATAS
Tendinitis Rotator Cuff Akut

Kondisi ini biasanya ditemukan pada rentang usia 25 hingga 40 tahun. Nyeri bahu pasien mungkin perlu disaring secara menyeluruh karena gejalanya sering kali tidak dapat dikaitkan dengan satu cedera tertentu. Namun, pemeriksaan spesifik biasanya akan mengungkapkan bahwa pasien memiliki sejarah nyeri bahu yang terkait dengan aktivitas berulang, dan bahwa episode terburuk terjadi setelah aktivitas tersebut. Ini dapat disebut sebagai cedera penggunaan berlebih akut, karena otot supraspinatus sering kali terjepit di antara akromion dan kepala humerus ketika lengan digunakan secara berulang di atas ketinggian bahu. Hal ini menyebabkan peradangan tendon, yang pada gilirannya menyebabkan nyeri bahu akut. Jika dibiarkan dan tidak diobati, kondisi ini dapat menjadi kronis dan tidak terselesaikan. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi aktivitas yang menyebabkan gejala yang berulang, bukan hanya gejala saat ini.

Temuan Subjektif
Onset (Waktu Kejadian) 
Biasanya terjadi secara bertahap akibat penggunaan berlebih, meskipun setiap episode tertentu dapat digambarkan oleh pasien sebagai akibat dari aktivitas yang berlebihan. Rentang usia rata-rata adalah 25 hingga 40 tahun, tetapi bisa lebih muda jika pasien berpartisipasi dalam aktivitas olahraga dengan gerakan berulang, seperti bermain tenis atau melempar bola (12, 16).

Durasi
Untuk mengklasifikasikan episode ini sebagai akut, waktu sejak awitan tidak boleh lebih dari enam minggu, meskipun presentasi kondisi tersebut dapat bervariasi. Secara umum, semakin lama pasien menderita masalah ini, semakin kronis sifatnya karena proses inflamasi mendasar.

Frekuensi
Kondisi ini biasanya terjadi kembali sekali atau dua kali dalam setahun selama periode 2 hingga 3 tahun, dan sering kali terkait dengan awal musim olahraga atau pekerjaan tertentu di rumah, seperti "membersihkan mata air" (8, 12, 16).

Area Gejala
Pasien biasanya mengeluhkan gejala pada bagian anterior sendi bahu dan/atau aspek anterolateral acromion (Gambar 2.6) (3, 4).

Jenis Gejala
Nyeri sering digambarkan sebagai nyeri tumpul setelah aktivitas, dengan nyeri bahu tajam yang dilaporkan pada gerakan tertentu dari lengan (12, 14, 15).

Lain-lain
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada aktivitas di atas kepala dan ketidakmampuan tidur di sisi yang terkena atau nyeri saat berbalik di tempat tidur. 
Gambar 2.6
Area gejala untuk tendinitis rotator cuff akut di bahu kanan.

Temuan Objektif

Observasi
Kadang-kadang pembengkakan dapat terlihat di bagian anterior bahu di bawah tepi akromion, terutama dalam beberapa hari pertama setelah awitan (waktu kejadian). Selain itu, sendi akan tampak normal (14).

Gerakan Aktif
Dalam kondisi yang benar-benar akut, rentang gerakan biasanya penuh, meskipun dalam kasus yang parah mungkin ada keterbatasan pada abduksi, rotasi medial, dan fleksi pada rentang menengah karena nyeri. Pasien tidak dapat mengangkat lengannya melewati rentang menengah selama beberapa hari (1, 11, 15).

Gerakan Pasif
Hasil dari pengujian gerakan pasif akan sama seperti pada gerakan aktif dalam hal nyeri dan setiap kemungkinan keterbatasan gerakan (1, 11, 13, 15).

Teknik dalam Rehabilitasi Muskuloskeletal

Gerakan Tertahan (Resisted Movements):
Seharusnya terdapat kekuatan penuh pada gerakan, terutama jika diuji dalam posisi awal yang bebas nyeri, seperti dengan lengan di sisi tubuh. Mungkin terdapat kelemahan jika abduksi diuji pada 90 derajat, dan gerakan yang tertahan dengan kuat cenderung menimbulkan ketidaknyamanan di daerah bahu karena tekanan pada rotator cuff saat ia menstabilkan sendi bahu. Dalam kasus yang sangat akut, abduksi tertahan mungkin menyakitkan jika supraspinatus adalah tendon yang bermasalah, rotasi lateral mungkin tidak nyaman jika infraspinatus yang terlibat, dan adduksi dapat menyebabkan rasa sakit saat otot subscapularis terpengaruh.  

Palpasi:
Tali yang lembut, tendon penyisipan dari supraspinatus, sering dapat dipalpasi di bawah bagian anterior dari tepi akromial. Ini paling mudah dipalpasi selama rotasi medial dan lateral pasif dari bahu dengan lengan pada sekitar 30 derajat abduksi.  

Tes Khusus (Specific Tests):
Tidak jarang pasien mengalami rasa sakit pada rentang gerakan antara 60 dan 120 derajat abduksi.  

Perawatan Awal:
Percobaan dengan es dan istirahat sering kali bermanfaat pada tahap awal. Sangat penting untuk meminta pasien menghindari aktivitas tertentu yang tampaknya menjadi penyebab kekambuhan gejala. Istirahat tidak boleh mengecualikan semua gerakan bahu, karena latihan gerak dalam batas bebas nyeri akan membantu mengurangi kemungkinan kondisi menjadi masalah kronis.  

Penggunaan modalitas yang mendukung proses perbaikan tubuh juga bisa bermanfaat. Namun, modalitas yang menghasilkan panas jaringan tidak dianjurkan saat es digunakan sebagai agen anti-inflamasi. Tahap perawatan ini harus dilanjutkan selama setidaknya 2 hari, dan jika pasien menunjukkan kemajuan, tidak ada alasan untuk tidak melanjutkannya selama 6 atau 7 hari lagi. Jika penggunaan es tidak bermanfaat dalam 2 atau 3 hari pertama, maka melanjutkan pendekatan ini mungkin tidak efektif dalam jangka panjang.  

Apakah penggunaan es efektif atau tidak, kemajuan latihan tetap sama. Aplikasi panas kini dapat digunakan sebelum latihan untuk membuat pasien rileks dan latihan menjadi kurang tidak nyaman. Lanjutkan latihan aktif untuk semua gerakan bahu dengan pasien, memastikan setiap gerakan dilakukan hingga batas bebas nyeri, namun tidak menimbulkan rasa sakit. Latihan resistensi isometrik dalam rentang bebas nyeri untuk fleksi dan ekstensi sering kali bermanfaat, dengan kemajuan pada rotasi resistif, abduksi, dan adduksi selama pasien dapat mentoleransi latihan tersebut. Latihan ini dapat ditingkatkan menjadi pekerjaan resistensi isotonik dalam rentang yang tersedia seiring berkurangnya gejala.

Ketika Sistem Pertahanan Tubuh Mengganggu Kesuburan

Ketika Sistem Pertahanan Tubuh Mengganggu Kesuburan

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa beberapa pasangan mengalami kesulitan untuk memiliki anak? Selain faktor-faktor yang sudah umum diketahui, ternyata sistem kekebalan tubuh atau sistem imun juga memiliki peran penting dalam proses kesuburan. Mari kita pahami bagaimana sistem pertahanan tubuh yang seharusnya melindungi kita, justru bisa menjadi penghalang dalam perjalanan menuju kehamilan.

Sistem Imun: Pelindung yang Terkadang Keliru

Sistem imun adalah tentara pertahanan tubuh yang bertugas melawan kuman, virus, dan segala sesuatu yang dianggap berbahaya. Namun, terkadang sistem ini bisa "keliru" dan malah menyerang jaringan tubuh sendiri. Inilah yang terjadi pada kasus-kasus gangguan kesuburan yang berkaitan dengan sistem imun.

Ketika Tubuh Menyerang Organ Reproduksinya Sendiri

Bayangkan jika sistem keamanan rumah Anda malah mengusir anggota keluarga sendiri. Hal serupa dapat terjadi pada sistem reproduksi. Kondisi yang disebut autoimunitas ini membuat sistem imun menyerang jaringan reproduksi yang sehat, seperti:

Serangan pada Ovarium Ovarium adalah "pabrik" telur wanita. Ketika sistem imun menyerangnya, produksi hormon dan pematangan sel telur bisa terganggu. Akibatnya, siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan peluang hamil menurun.

Gangguan pada Endometrium Endometrium adalah "rumah" tempat janin akan tinggal selama kehamilan. Jika sistem imun menyerang lapisan ini, maka proses implantasi atau menempelnya janin menjadi sulit terjadi, bahkan jika pembuahan sudah berhasil.

Antibodi Anti-Sperma: Penghalang Tak Kasat Mata

Dalam beberapa kasus, tubuh wanita atau bahkan pria dapat membentuk antibodi yang menganggap sperma sebagai "musuh". Antibodi ini bekerja seperti tentara kecil yang menyerang dan melumpuhkan sperma sebelum mereka bisa mencapai sel telur.

Akibatnya, meskipun sperma diproduksi dengan normal dan sel telur tersedia, proses pembuahan tetap sulit terjadi karena sperma "diserang" oleh sistem pertahanan tubuh sendiri. Ini seperti memiliki kunci yang tepat untuk sebuah pintu, tetapi ada petugas keamanan yang menghalangi Anda mendekati pintu tersebut.

Endometriosis: Peradangan yang Mengganggu Kesuburan

Endometriosis adalah kondisi dimana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di luar rahim. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan nyeri, tetapi juga menciptakan lingkungan peradangan yang mengaktifkan sel-sel imun secara berlebihan.

Sel-sel imun yang teraktivasi ini menciptakan "medan perang" di dalam panggul, yang dapat:

  • Mengganggu kualitas sel telur
  • Menghalangi pertemuan sperma dan sel telur
  • Membuat lingkungan tidak kondusif untuk implantasi
  • Mempengaruhi fungsi tuba falopi

Sistem Imun dalam Program Bayi Tabung (IVF)

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa keberhasilan program IVF sangat dipengaruhi oleh kondisi sistem imun. Proses implantasi embrio memerlukan keseimbangan yang tepat antara sistem imun yang cukup kuat untuk melindungi kehamilan, namun tidak terlalu aktif hingga menolak embrio.

Fase Kritis Implantasi Saat embrio menempel pada dinding rahim, sistem imun harus "belajar" untuk menerima embrio yang secara genetik berbeda dengan tubuh ibu. Ini seperti mengajarkan sistem keamanan untuk mengizinkan tamu khusus masuk ke rumah.

Jika sistem imun terlalu aktif, embrio akan ditolak seperti benda asing. Sebaliknya, jika terlalu lemah, embrio tidak akan mendapat perlindungan yang cukup untuk berkembang.

Harapan dari Pemahaman Ini

Memahami hubungan antara sistem imun dan kesuburan membuka pintu untuk terapi yang lebih tepat sasaran. Kini, dokter dapat:

  • Melakukan tes khusus untuk mendeteksi masalah imun yang berkaitan dengan kesuburan
  • Memberikan terapi imunomodulator yang membantu mengatur sistem imun
  • Menyesuaikan protokol IVF berdasarkan kondisi sistem imun pasien

Kesimpulan

Sistem imun dan kesuburan memiliki hubungan yang kompleks namun sangat penting. Meskipun sistem imun dirancang untuk melindungi tubuh, ketidakseimbangan dalam sistem ini dapat mengganggu proses reproduksi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang interaksi ini, harapan untuk memiliki anak bagi pasangan yang mengalami masalah kesuburan semakin terbuka lebar.

Jika Anda mengalami masalah kesuburan yang tidak kunjung terselesaikan, berkonsultasilah dengan dokter spesialis yang dapat mengevaluasi kemungkinan keterlibatan sistem imun dalam kasus Anda.